cerpen pertama yang terpublish

Love of Holiday

                Aku tak menyangka jika kau mengatakan ini pada diriku, aku terhenyak saat kau lontarkan kata-kata romantic tertlontar dari mulutmu. Tak ku duka secepat itukah kau ungkapkan perasaanmu. Tidakkah kau melakukan pendekatan dulu terhadapku. Memikat hati kosong ini.

          Serasa disambar petir di siang bolong. Hujan diwaktu matahari terik. Apa yang akan aku katakan pada kamu. Dalam lubuk hati ini belum terbesit perasaan suka dan sayang kepada dirimu. Aku terheran-heran dengan perkataanmu itu serta sedikit curiga, benarkah itu???. Intensitas  bertemu saja sangatlah jarang apalagi bertatap muka. Hm…. Bisa saja itu terjadi tapi amatlah sulit, bisa-bisa kamu mempermainkanku saja.

          Tiba-tiba nada sms berbunyi “ ada sms datang….” Kubuka pesan singkat di handphone ku, tertera pesan nama yang tak asing lagi , yah dari siapa lagi klo bukan Sandy pria yang mengutarakan perasaannya itu. Huft… aku bimbang dan ragu ketika dihadapkan dengan masalah hati. Tapi begitulah adanya, tak bisa dihindari.

          Tiap detik, menit, jam, pasti Sandy sms,

          “ udah makan belum Nia?”

“udah dong…….”

“koq gag ajak2sih…..”

“hehe…. Ya maaf…. Q kan pelupa..”

“ywdh lain kali klo mw makan ajak” ya…..”

“siiippppp”

Sampai bosan aku mendengar ocehannya. Kenapa harus begitu. Tiba-tiba “baru tadi [agi kau ajak aku berkenalan” lantunan lagu She band yang menjadi nada dering dihandphone ku, jukirik handphine ku, tertera Sandy Calling. Sungguh ku tak menyangka, dia akan meneleponku. Aduch…. Harus gimana nech,

“halo, assalamualaikum….”

“waalaikumsalam… ge apa nech???”

“ge di kos temen.. knp??”

“em…… gimana yang kemaren???”

“yang mana ya…..”

“ya yang kemaren??? Masak lupa”

“(pura-pura lupa) yang mana??”

“yang kemaren, yang aku  bilang kamu mau gag jadi pacarku??? ”

“em… harus sekarang ea??? Bsok aja ya kalo ktmu…”

Percakapan yang tak terputus akhirnya memutuskan bahwa aku menerimanya sebagai pasanganku. Hari- hari panjang yang memebahagiakan. Dimana holiday ku terisi dengan cinta yang begitu indah. Harapanku moga berlanjut, tak habis dengan habisnya liburan.

$$$$$$$$$$

Hari liburan aku selalu semangat menjalani rutinitasku,. Walaupun lelah mengikuti kegiatan kampus, aku tak merasa lelah bila bertemu dengannya. Tapi sungguh disayangkan, hal itu hanyalah mimpi. Khayalan itu tak menjadi kenyataan. Dia tak dating menemuiku, tak menghiburku. Hanya lewat sms dan telepon saja, tanpa bertatap muka. Ketika aku tngin bertemu dia tidak bisa, dia sibuk dengan urusannya.

Rasanya tak sanggup hati ini menahan semua ini, kenapa dia perhatian sekali ketika PDKT. Tak seperti dahulu, kau selalu menanyakan keadaanku, tapi kini kau acuhkan aku. Apa kau sudah tak peduli lagi denganku?? Ataukah kau sudah bosan dengan ku??? Ah…. Memikirkan apa ku ini… bodoh sekali. Positive thinking  Nia. Aku  mulai menerima semua itu. Walau relung ini tak sanggup menahan rindu.

Hari- hari mulai berlalu, sebulan sudah aku menjalani hubungan ini, tepatmalam harinya dia sms.

“nia, kamu ngrasa gag kalau kita pacran sepeti gag pacaran”

“hm… iya.. lha mau kamu gimana??”

“klo kita jadi temen aja gimana??”

“(kaget) apa…… yang bener??? Apa kamu gag peduli lagi dengan aku??”

“sebenarnya aku sudah gag ada rasa lagi…”

“(tak rela) em… kalau itu yang kamu mau juga gag papa, tapi ada satu syarat.”

“apakah syaratnya??”

“kita harus berteman, jangan saling menjauh dan tetap sms seperti biasa. Okey??”

“okey… siipppp”

“okelah kalo begitu….. makasih banyak kau pernah menyimpan diriku dihatimu”

“sama-sama….”

Inilzh akhir kisah pacar pertama yang menyakitkan, hingga saat ini aku belum percaya dengan lelaki yang mengungkapkan perasaannya. Aku masih trauma. Dan tak tahu bagaimana cara menghilangkan trauma itu.

Read More