Kiky Kikok
Aku mencintaimu, karena dirimu apa adanya. Hanya dirimu yang mampu
membuatku bangkit.Perjalanan hidupku terasa pulau tak berpenghuni jika tidak
ada dirimu yang menemani.
Surat pertama darimu, telah membangkitkanku dari belenggu yang
telah mengurungku.
Dear Keiko
Malam ini begitu sunyi tanpa hadirnya bintang.Gemerlap petang seakan
surut.Lampu-lampu penerang tak mampu menandingi terangnya cahaya bintang.Lewat
goresan inilah kuungkapkan rasa lewat kata.Tatkala kita bersua dimalam
kemarin.Aku begitu terpesona melihat raut wajahmu.Mata ini tak mampu
menutup.Dan kepala ini tak mampu berfikir.Bayang-bayang malam selalu mengajakku
menghampiriku.
Senja datang dan menyurutkan
langkahku untuk bersua dengan bidadari
mungilku. Entahlah, mengapa aku begitu takut menemuimu. Jika berttemu, tak
satupun kata terucap dari bibir ini. Hanya senyum tersipu yang aku tunjukan.
Secret Admire
Kutemukan gulungan surat ini dalam sebuah bungkusan sumpil
dekat makanan maulid Nabi yang berserakan. Siapakah gerangan yang mengirimkan
ini?Aku bimbang.Dan aku tak tahu siapa orangnya.Begitu banyak orang
mendekatiku.Apa mungkin…? Ah, entahlah. Daripada mikirin siapa pengirim itu,
lebih baik aku menikmati sumpil ini.Lezat, bila dicocol dengan sambal kelapa.
“Ma, sumpilnya masih apa nggak?”
“Tasih sayang. ”
“Matur suwun Bu, Muah.”
Sumpil adalah makanan
favoritku.Makanan khas Kaliwungu ini hanya dapat ditemui tatkala acara maulud Nabi.Yang
biasanya bebarengan dengan acara weh-wehan.Selain pengajian acara ini
sangat ramai. Hingga pemuda pemudi bisa bertemu dan saling mencari pendamping hati.
***
“Kei, ono koncomu iku?”
“Sinten nggih,Bu?”
“Iku, si Arif”
“Oh,sekedap Bu.”
Pagi ini, rasa aneh menghinggapi benakku.Tak biasanya Arif menghampiriku.
“Ono opo?Mbul?” panggilanku terhadap arif
“Meh bareng karo awakmu, Mbul.”
“Ah, tenane?”
“Yo ben tho.Aku salit, Mbul. ”
“Nyoh ki, diombe ndisik jarange.”
“Matur nuwun, ya.”sambil mencolek daguku. Dengan spontan aku
tampik dengan tanganku.
Kali ini aku tak perlu berdesak-desakan lagi di bus curug.tak
perlu khawatir lagi terlambat masuk sekolah, sekaligus menghemat biaya
transportasi. Serta sampai sekolah dengan selamat.Aku dan Arif memang akrab
semenjak kecil, rumahnya berada di belakang rumahku. Namun, ia jarang bertemu
denganku. Baru kali ini, satu sekolah sama dia. Dan dia peduli denganku.
Sampailah aku di depan gerbang. Aku dan Arif berjalan menuju
koridor, kemudian kami berpisah menuju kelas masing-masing.Temanku Tira sudah
menungguku disana.
“Tumben, nggak telat kamu Kei.”
“Ada tebengan , Tir.”
“Ehem, gebetan baru ya?”
“Ah, Enggak kok.”
“Lalu?”
“Aku bareng sama teman belakang rumahku.”
“Oh, si Arif?”
“Iya.”
“Tumben dia mau nganterin kamu.”
“Ya, begitulah.”
Tak lama bel berbunyi.Semua siswa bergegas berbaris di lapangan
sekolah untuk mengikuti upacara.Aku baris di bagian tengah. Memang aku kurang
suka jika baris di depan dan dibelakang. Serasa diawasi oleh guru, dan para
anggota Palang Merah Remaja (PMR) sekolahku.
Upacara di mulai, tidak tahu kenapa pidato kepala sekolah serasa
panjang.Aku mulai kepanasan, dan kepalaku mulai terasa berat.Dengan sekejap
semua pandanganku menjadi gelap.
“Kei, bangun Kei..!” sayup, sayup terdengar suara memanggilku.
Aku pun, belum mampu tuk membuka mataku.Apa mungkin ini gara-gara
aku puasa hari ini. Tapi tidak mungkin gara-gara itu.Suara memanggil namaku
terdengar lagi kali ini.Dengan perlahan mataku terbuka.Tetapi, pandanganku
masih belum jelas.
“Eh, kok koe Mbul?” tanyaku keheranan ketika aku melihat
sosok Arif
“Iyo, tumben semaput mbarang koe Mbul.Wes yo balik wae kene, tak
terke aku.”Ujar Arif perlahan.
“Yo, wes. Matur nuwun ya Mbul.”
Ketika pulang dengan Mbul, aku merasakan gejolak yang
berbeda.Apakah aku mulai mampu menaruh hati padanya.Atau ini hanya ungkapan
kegagumanku saja.Misteri cintaku.Hanya aku dan Tuhan yang tahu.
***
Tiba-tiba nada pesan diponselku berbunyi.
“Asyik pasti pesan dari Mbul.”Ungkapku dalam hati.
Ternyata bukan dari Arif.Sungguh kesal. Akan tetapi hati ini seakan
luluh manakala aku membaca pesan di ponselku.
0853084765192 (Nomor Secret Admire)
Malam ini, tak ada bintang yang bersinar..Rembulanpun tak nampak
digelapan langit.Apakah ini jawaban.Bahwa Bidadariku sedang bersedih?Ataukah
mengisahkan kegundahan Bidadariku.Bidadariku, tenanglah. Aku akan selalu
menghiburmu. Walau topan akan datang. Dan Tsunami kan menerjang. Pegang erat
tanganku, serta ragaku. Yakinlah bahwa aku akan melindungimu hingga aku tak
mampu lagi melihat indahnya dunia. Tersenyumlah Bidadariku.
Secret Admire
Siapakah gerangan orang misterius itu. Arif kah? Ah, tidak mungkin.
Tak mungkin Arif bersembunyi seperti ini.Tapi, aku mencintainya.Terlalu lama
malah.Sebelum dia menawarkan untuk berangkat bersama. Hingga terlelap aku masih
memikirkan siapa si Secret Admire itu.
***
Setiap hari, aku mulai terbiasa dengan sikap Arif.Seisi sekolah
mengira aku telah menjadi pacar Arif.Padahal tidak.
“Kei, koe jadian yo karo Arif?” Tanya Tira.
Aku hanya bisa menggelengkan kepala saja.Tanpa disadari ada sesosok
yang memperhatikan percakapanku dengan Tira.Aku yang cuek menganggap tatapan
itu sebagai angin lalu.Tak ada yang tahu bahwa aku sering menerima puisi –puisi
indah yang tak tahu siapa pengirimnya.
“Hai Kei,” sapa Koko
“Halo Ko.”
“Dengar-dengar kamu jadian ya sama Arif?”
“Ah, enggak kok,.Kita Cuma teman saja. Kenapa Ko?”
“Enggak papa, kalau beneran ya, aku ucapin selamat.”Dengan mimik
sedikit bahagia.
“Tapi, aku nggak jadian kok sama Arif.”
“Ya sudah, maaf ya udah ganggu waktu istirahat kamu.”
“Iya, nggak papa kok.Tenang saja.”
***
Dering pesan ponselku berbunyi. Lagi-lagi dari sang screat
admire. Kali ini terlihat aneh.Dia mengatakan kalau dia bersedia berkorban
untuk aku.Dia rela melepasku untuk seseorang yang aku cintai, siapa lagi kalau
bukan Arif.Aneh, darimana dia tahu kalau cintaku bukan untuknya. Melainkan
Arif.
Kucoba mengirim pesan kepada Arif.
“Assalamulaikum Mbul, hari ini pulang bareng nggak?”
“Waalaikumsalam Mbul, iya nanti tunggu aku di gerbang saja ya?”
Jawab arif
“Baiklah. J Oh iya Mbul, koe ngerti nomor iki orak? 0853084765192 ”
“Wah, aku rak ngerti Mbul.Nopo si?”
“Hehehe, J orak popo kok.”
“Yo wes, oh yo deng tapi mengko aku rodok suwi. Orak popo tho? ”
“Iyo.”
“Tapi ojo semaput yo Mbul?Hahahaha :-D”
“Iyo, ojo ngece tho. L”
“Iyo. Kan guyonan tho.”
Tak terasa berkirim pesan singkat melalui telepon selular.Lagi-lagi
Koko memandangiku dengan sosok aneh.Kali ini aku hanya tersenyum sipu
kepadanya.Dan bersikap biasa-biasa aja.
Langkahku mulai berayun untuk menuju gerbang sekolah. Senja telah
datang untuk menjemput mentari yang lelah menyinari bumi siang ini. Sesuai
janji, aku menunggu Arif di gerbang sekolah. Sambil menemani Tira menunggu curug
melintas. Tidak beberapa lama, curug datang dan Tira pun pulang. Agak
lama memang aku menunggu Arif, tapi tak apalah.
“Hai, sendirian aja.” Suara Koko mengaggetkanku.
“Eh, hallo. Hehehe, iya.”
“Mau bareng nggak?” ajak Koko
“Makasih atas tawarannya. Tapi aku lagi menunggu Arif.”
“Oh, Arif. Ya sudah, hati-hati ya?”
Kokopun berlalu begitu saja. Dari kejauhan aku melihat sosok arif
membawa kuda besinya.
“Nopo Mbul?” tak sanggup aku melihat wajahnya yang lebam itu.
“Rak popo kokMbul. Tibo pas olahraga mau.”
“Oh, tapi lara po orak Mbul?” pertanyaan nggak penting dalam
batinku.
“Yo iyo no, piye si donge.”
“Hehehe…, yo balik?”
“Ayo ra.”
***
Semenjak kejadian itu, aku telah sadar bahwa ada yang aneh antara
Koko dan Arif. Dari tatapan sinis Koko ketika aku berbicara tentang Arif.
Selidik punya selidik, ternyata Arif adalah teman akrab Koko. Dia minta bantuan
Arif untuk mendekatiku. Satu lagi puisi mesra itu, berasal dari Koko. Ya,
Allah. Apalagi ditambah dengan arif yang
semakin dekat denganku. Koko semakin geram dan ia memutuskan untuk memukuli
Arif.
Aku bingung harus pilih mana? Koko kah? Atau Arif? Hatiku mencintai
Arif, tapi kau tak mau Arif terus disiksa oleh Koko. Jika aku memilih Koko, aku
tak suka dengan sikapnya, tapi Arif tidak dipukuli lagi. Haruskah tidak aku
pilih dua-duanya. Aku tidak ingin
keduanya memutuskan pertemanan gara-gara aku. Tapi aku juga tidak ingin
berpisah dengan Arif.
Sejak itu, aku tak lagi makan sumpil ketika maulid
Nabi.orang yang selama aku kira baik, ternyata telah berkhianat. Kata-kata tak
mencerminkan sikap seseorang. Oh, sumpil
pembawa cinta, sumpil yang tidak aku kira buatku begini..
Keterangan :
1.
Sumpil: makanan yang terbuat dari beras dibungkus
daun bambu, berbentuk segitiga.
2.
Weh-wehan: acara perataan mauled Nabi dengan saling tukar-menukar makanan
antar tetangga.
3.
Curug: merupakan angkutan umum yang beroperasi
dari sukorejo hingga terminal Mangkang Semarang.
4.
Koe: kamu
5.
Salit: haus
6.
Terke : mengantar
7.
Karo: sama atau dengan
8.
Mengko: nanti
9.
Rodok: agak
10.
Suwi : lama
11.
Semaput: pingsan
12.
Donge: sebenarnya
13.
Lara: sakit
14.
Tibo: jatuh
15.
Ngece: mengejek
16.
Mbarang: kenapa
17.
Nopo: kenapa atau mengapa