Enter Header Image Headline Here

Selasa, 24 Januari 2012

KENAPA AYAH YANG MEMILIH


KENAPA AYAH YANG MEMILIH
By: kiky kikok
“Huft, begitu panas hari ini” Keluhku
Dua bulan sudah aku menganggur dirumah, setelah pengumumaan kelulusan.
“Pembukaan  pendaftaran PTN uda mulai nih,,” kabar dari Inka
“ Mulai kapan?” tanyaku
“ Menurut kabar yang beredar sih besok,”
“ Em, Baiklah kalau begitu”
            Pendaftaran bagi  CAMARU (Calon Mahasiswa Baru) untuk semua perguruan tinggi telah dibuka, saatnya aku, Rita berumur delapan belas tahun untuk mencari perguruan mana yang cocok untukku. Sebenarnya ia sudah mengincar salah satu perguruan tinggi negeri di kotaku. Namun ada satu kendala bagiku untuk mencapai universitas itu,
“Ckckckc, bagaimana mau daftar alamatnya saja aku belum tahu.”
“Hayo, Lagi ngapain nih?” Celoteh Inka.
“Ini lho, kan di Universitas favoritku ini udah buka, tapi sayang aku nggak tahu tempatnya, gimana dong?”
“Payah payah payah kamu Rit, katanya mau jadi mahasiswa, tempatnya aja nggak tahu bagaimana bisa???”
“Lha bagaimana lagi aku nggak tahu dimana letaknya dimana, kamu tahu Ink?”
“ Lha kamu mau daftar kemana Rit?”
“Di UNS, lha kamu Ink?”
“Wah sama dong aku juga mau kesitu, gimana kalau kita nyari tempate bareng-bareng 
“Ok, dech kalau begitu, tapi kapan???”
“Em, kapan ya. Ntar aku kabari deh, because I’m very busy, hehehehe”
It’s ok Ink…. Don’t forget to texting , I ‘m wait your message
“Yo’i. ”
            Setelah ngobrol dengan sahabatku Inka, kemudian kulangkahkan kaki ini menuju tempat peraduan. Disela-sela perjalananku, aku mulai ragu dengan pilihanku tersebut. Dalam hatiku bertanya bisa nggak ya aku masuk universitas itu???
*****
            Aku, baru saja menyelesaikan belajarku di Sekolah Menengah Atas. Aku  masih terlalu belia untuk memutuskan hal terpenting dalam hidupku. Apalagi aku jarang keluar rumah bahkan jika tak diajak temanku, aku tak akan keluar rumah sama sekali. Walaupun itu untuk menengok senja disore karena sikapku yang tak berani melawan perkataan orang tuaku, mulai ragu dengan pilihanku dalam menentukan sekolah selanjutnya. Aku kurang cekatan mengambil keputusan, akibatnya aku selalu plin-plan dalam menentukan apa yang aku inginkan.
            Seperempat laju kakiku, dibenakku masih bertanya-tanya  sambil bergumam
                        “Hm…. Aku bingung banget nih, setuju nggak sih ayah, kalau aku mau daftar di UNS???? Apakah ayah ikhlas dengan pilihan aku???”
Jejakku telah masuk keperaduan, aku langsung menuju suatu ruang dimana aku dapat merebahkan sejenak tubuh jangkungku ini. Disinilah aku mulai memikirkan, dimana aku akan melanjutkan perjuanganku mencari harta karun yang tak ternilai harganya. Kumandang Magrib menuntunku tuk bergegas bercinta kepada sang Ilahi.tak lupa aku menghantarkan permohonanku kepadaNya.
“Ya Allah, ya Rabbi… tunjukkan jalan yang lurus terhadap hambaMU ini, berikanlah yang terbaik dari yang terbaik kepadaku, Amin,”
******
            Mentari mulai bertengger di ufuk timur, saatnya mulai bergegas menjalankan aktivitasku. Walau liburanku begitu panjang, akan tetapi langkahku tak pernah berhenti. Aku terus mencari dan mencari. Aku ingin meraih mimpiku setinggi anganku. Aku kan berusaha walau darah terus mengalir dari setiap pori-pori kulitku. Langkahku menuju sekolah lamaku, tuk mencari informasi tentang Perguruan Tinggi yang akan aku pilih.
“Hai Ink,”
“Hai juga, gimana infonya kamu udah tahu kapan dan dimana???”
“Tanyanya satu-satu kali.”(kesal dengan cercaan pertanyaan Inka)
“Okelah, gimana mau daftar kapan???”
“Besok kamu bisa???”
“Besok ya? Em….”
“ Jangan bilang kalau kamu sibuk !” potong Inka
“Enggak lah. Aku belum selesai menjawab sudah kamu potong, besok bisa.”
“Kamu sudah tahu berapa biayanya belum???”
“Waduh, Masalahnya aku belum tahu tuh biaya pendaftarannya berapa. Tanya dengan siapa ya,?? ”
“Em, Heni tahu nggak ya?”
“Bisa Bisa Bisa, tapi…, unyu satu itu kemana?? Kok nggak keliatan hidungnya”
“Iya ya. Em, Aku punya ide.!!!”
“Apa Rit??” Inka terkejut
“Browsing di Internet aja yuk???”
“Okelah alamatnya www.uns.ac.id kan???”
“Yuppy, ayo lanjutkan.”
Aku merasa tenang tatkala teman-temanku berada di sampingku. Seperti hari ini aku pergi mencari informasi dengan Inka. Inka dan Heni adalah sahabatku yang mengerti aku. Tapi sayangnya aku agak tertutup dengan mereka berdua. Karena aku tak mau mereka tahu bahwa mendung selalu menyelimuti rupaku, bahkan tak dapat dipungkiri juga hujan kerap membasahi kulit sawo matang ini. Mereka tak pernah tahu dan tak akan, hanya aku, malaikat dan Tuhan saja yang tahu.
*****
            Sudah berhari-hari aku mencari dan terus mencari namun, aku masih takut dengan keputusanku sendiri. Aku belum sempat berbicara dengan ayah bundaku. Aku takut jika langkah ini mengecewakan mereka, tapi ini adalah langkah yang aku inginkan. Dalam benakku berkata benarkah yang aku lakukan ini??. Akupun terhenyak ketika suara klakson mobil bordering.”sudah bosan hidup ya??.”teriak  sopir angkot yang melewatiku. Tak sadar bahwa aku  berjalan menengah ke jalan raya, dan hampir saja nyawa ini terbang menghampiri Sang Pencipta. Selang beberapa menit, raga ini sampai dinaungannya. Dan bertemulah aku dengan seorang Pria tinggi gempal di hadapanku.
“Ayah, tumben sudah pulang. ”
“Ya, ayah pulang awal karena pekerjaan ayah sudah selesai, o.. iya, besok ikut ayah ya?”
”Kemana Yah? tanyaku keheranan”
“Daftar kuliah, Di Stikes.”
“Tapi  yah, aku.”
“Pokoknya besok ikut aja.”
            Nah, seperti inilah ayahku, jika sudah berkeinginan harus bisa mendapatkannya. Mendengar ucapan ayah tadi, asa ini langsung pecah berkeping-keping. Tak ada harapan lagi untukku untuk menjadi mahasiswa Universitas favoritku. Banjir airmata pun berkubang di seklilingku, lautan kertas tisu menjadi bunga aroma terapi di sepanjang malam ini, hingga aku sampai di alam khayalan.
*****
            Pagi dinihari aku terjaga dari tidur sedihku, aku bergegas mencari air wudhu untuk menunaikan sunnah Rasulku. Disinilah aku bisa mengadu dan tenang menghadapi pagi nanti. Aku terus berdo’a agar Allah memberikan yang terbaik dari yang terbaik. Kata itu terus berkutak dikepalaku sampai aku merasa tenang dan lupa dengan pilihan ayah. Hingga Adzan subuh berkumandang. Aku bergegas menunaikan kewajibanku sebagai muslim, sampai bunda mengetuk pintu kamarku untuk mengecek, apakah aku sudah bangun atau belum.
            Mentari mulai menampakkan sinarnya. Aku bersiap-siap untuk ikut dengan ayah, walau hati ini menolak. Yah, inilah aku, hanya ikut-dan ikut apa yang diperintahkan ayahku. Sebagai gadis berumur 18 tahun, salahkah diriku bersikap seperti ini???
“Rita, Ayo sarapan dulu.”
“Iya, Bun.”
“Bagaiman Rit, semua persyaratan sudah disiapkan?? Tanya Ayahku”
“Sudah Yah.”
“Jadi daftar ke Stikes Yah??”
“Iya Bun, baguslah kalo begitu, Rita  ayo dimakan jangan melamun terus.”
“Iya Bun.”
“Sudah selesai Rit,”
“Sudah ayah.”
“Ayo berangkat sekarang”
“Baiklah.“
            Setelah sarapan pagi pilu, aku berangkat dengan ayahku ke jalan laut tempat Stikes berada. Untung saja tidak terjebak macet. Misalkan saja aku dan ayahku terjebak macet pasti hati ini akan matang karena amarah yang ku pendam direlung paling dalam. Aku terheyak, ketika dering SMS-ku berbunyi, ternyata SMS dari Inka. Smanka Inka: assalamualaikum Rit, gimana jadi daftra ke UNS gag?? Balasku: waalaikumsalam Ink, Insya Allah jadi, tapi ini aku masih bersama ayahku, kamu mau daftar kapan??? Handphoneq bordering lagi Smanka Inka: oh.. ya nggak papa, kalau besok gimana kamu bisa kan??? Balasku: okey besok, kita ketemuan di SMA ya??. Inka menjawab: siip….. J
            Selang beberapa menit setelah aku ber-SMS ria dengan Inka, aku dan ayahku tiba juga di Stikes, kampus pilihan ayahku, aku mulai antre dibagian loket pendaftaran. Hatiku masih menolak dengan apa yang aku lakukan saat ini. Aku kecewa dengan sikap ayahku kenapa aku tidak diizinkan memilih masa depamku sendiri. Aku iri pada Inka dan Heni, mereka selalu mendapat kebebasan untuk memilih masa depan mereka. Kenapa aku tidak??? Ya Allah… Adilkah engkau???
“Saudara Rita Marista”
Tiba –tiba saja namaku dipanggil.
“Iya Bu, ada apa?”
“Saudara bisa mengisi prodi (progam pendidikan) yang saudara pilih, dengan memberi tanda contreng di kotak (sambil menunjuk pada kotak kecil yang terdapat disebelah prodi)”
“Baik Bu.”
“Pilih pendidikan keperawatan aja Rit.” tiba-tiba ayahku sudah dibelakangku.
Dalam batinku, kenapa sih ayah lagi yang harus memilih kenapa tidak aku sendiri, kenapa ayah. Ingin sekali aku menitikan air mata ini, tapi aku ingat bahwa ini ditempat umum. Tidak mungkin aku berurai air mata di tempat seperti ini. Akhirnya aku turuti saja pilihan ayah. Menurut filosofi Jawa, bahagiakanlah orang tuamu jikalau masih ada. Namun bagiku filosofi itu sangat menyayat hatiku dan mematangkannya.
Setelah mengisi formulir itu, aku harus menunggu lagi untuk melakukan tes kesehatan. Hampir dua jam menunggu akhirnya aku di panggil kembali untuk melakukan tes kesehatan. Tes itu tidak sulit bagiku, karena ku harus menjawab angka maupun huruf yang terdapat di buku, dimana angka tersebut kombinasi dari berbagai warna, inilah tes buta warna. Aku sukses menjalani tes itu, hari ini juga hasil tes itu diumumkan. Lagi-lagi akuharus menunggu, menunggu dan menunggu. Padahal aku benci sekali dengan kata itu “menunggu”. Tapi mau gimana lagi, iniadalah perintah ayah.
Sampailah sudah penghujung penantianku., hasl tes tadi diumumkan dan hasilnya aku lolos dan bisa kuliah di tempat itu. Pengumuman ini kutanggapi dengan datar saja. Tapi ayahku senag dengan hasil ini. Dia langsung memelukku dan membisikankata di telingaku.
“Selamat ya Rit, kamu sudah lolos.”
“Iya yah J”datar
Sebenarnya batinku menolak keras, namun lagi-lagi aku tak bisa menolak. Aku masih kekeuh dengan pilihanku yaitu UNS. Aku akan nekat mendaftar kesana. Dengan atau tanpa ayah sekalipun. Perasaan ini trus menhinggapi hatiku sampai kapanpun.
            Setiba aku di rumah, aku langsung bergegas ke kamarku. Kamar biruku terlihat mendung, seperti hatiku saat ini. Kertas tisu bertebaran dimana-mana. Kamar yang indah kini bagiku seperti penjara yang membelengguku. Ingin rasanya aku pergi dari rumah ini dan memutuskan masa depanku sendiri. Ah, nglamunin apa kau ini Rit. Itu mustahil. Nggak mungkin bisa dan nggak bakal terwujud. 
            Malam tlah berganti, surya mulai muncul diufuk Timur. Pagi-pagi aku langsung meluncur ke SMA, aku akan bertemu Inka dan pergi ke UNS, universitas yang aku dambakan. Tanpa menghiraukan roti keju kesukaanku aku langsung tancap naik angkot ke SMA. Kicauan burung pun menambah semangatku untuk cepat tiba disana.
            Sampai juga aku di sekolah SMAku, aku langsung melaju ke gedung SMA itu. Sampai-sampai Heni yang memanggilku tak kuhiraukan. Sampai koridor sekolah aku langsung sms Inka. Tak sempat akududuk sejenak tiba-tiba saja inka memanggilku dari belakang.
“Rita,”
“Iya Inka. Ayo berangkat sekarang.” (ngos-ngosan karena lari tadi)
“Okey, Rit, nih minum dulu biar nggak ngos-ngosan” (memberikan sebotol air mineral)
            Selesai memberitahukan sekolah kemana mereka mendaftar, aku dan Inka langsung berangkat menuju UNS untuk mendaftarkan diri. Sesampainya di UNS, bergegas mengambil posisi untuk Antre. Hingga giliran aku dan Inka memberikan persayaratan pendaftaran, serta mendapat nomor ujian.
“Akhirnya, Inka, aku daftar juga, kini tinggal berusaha sekuat hati untuk maasuk di universitas ini…. Semanka (Semangat Kakak).”
“Alhamdulillah,”
            Dibalik kesenanganku, lagi-lagi sekelibat ucapan ayahku yang tak menetujui aku untuk menuntut ilmu disini, membuat euforiaku hilang. Seketika aku langsung mengajak Inka pulang. Aku menarik lengan sahabatku tercinta itu. Dia kaget setengah mati, dan bertanya kepadaku. Namun, aku tak menggubrisnya. Ditengah-tengah perjalanpun temenku yang satu ini masih menerkaku dengan ribuan cercaan pertanyaan.
“Aduh, Sudahlah Ink, ada something yang tak bisa ku ungkapkan padamu.”
“Ayolah Rit, cerita dong?”
“Belum saatnya kau mengerti ”
“Aduh, kenapa aku harus menunggu sih.”
“Pokoknya aku akan memendam rahasia ini sampai waktu yang telah ditentukan.”
*****
            Alangkah senangnya memiliki orang tua yang mengerti dengan keinginan anaknya. Khayalanku terus saja mengelilingi sensor-sensor diotakku. Dan, akupun terhenyak, Hus… kamu ini Rit, ngomong apa sih. Manakala aku teringat semburat-semburat kebahagian yang merasuki ayah dan bundaku. Mereka bahagia dengan diterimanya aku, my parents senang sekali, kesenanganya tak dapat diungkapkan dengan kata-kata.
            23 Juni 2011
            Penantianku terjawab sudah, hari ujian masuk kusambut dengan suka cita, walau gundah gulana membungkus hati. Kujalani tiap detik ini, dengan secuil asa tak pasti. Tapi, harus tetap aku lalui. Walau ribuan kerikil menerpa, walau jutaan longitudinal menentangku. Aku harus percaya bahwa kau bisa dan dapat sukses dengan yang kau pilih. Gelegar sirine menandakan ujian  telah usai. Tanpa kata aku menemui Inka dan mengajakknya refreshing sejenak. Aku tak hanya mengajak Inka dan Heni, cuci mata di Mall dekat sekolah SMAku. Sekadar melihat-lihat harga, dan menggoda para sales boy.
            Terkejut aku melihat orang tuaku sedang berbincang-bincang di departemen store yang aku datangi.terhenyak aku dalam kesenangan dengan teman-temanku. Akupun mulai bertanya-tanya, mengapa dia kemari, adakah hal yang dibicarakan????. Setelah aku mendekat dengan perlahan-lahan. Terdengar selentingan bahwa yang diajak bicara oleh ayahku itu adalah temannya, yang sekarang mengajar di Uiversitas yang aku inginkan, yah UNS. Sontak saja aku terkejut. Ada apa gerangan.
            Telisik punya telisik ternyata ayahku mengatakan kepada temannya bahwa aku ingin menmpuh pendidikan di universitas dimana ia mengajar. Aku tak dapat menahan kekagetanku.  Benarkah ini atau…. Hanya mimpi???  Kucubit lenganku. Aduch… ternyata sakit. Barulah aku yankin bahwa ini bukanlah mimpi ini kenyataan. Betapa bahagianya akau. Kedua teemanku pun ikut senang. Aku langsung menghampiri ayahku seketika itu juga. Dan mengucapkan terima kasih. Ayahku terkejut dengan sikapku. Namun, semuanya terseyum bahagia dengan kabar gembira itu.

SANG PLAGIAT



Langkah gontai menuju mimbar kejayaan
Terseok batu kerikil  dipadang mata
Tergelincir kelereng dusta
Terombang-ambing ombak pecundang
                Tertoreh kata-kata bangga
                Bangga seperti apakah itu?
                Bangga mengukir indahnya pelangi
                Menghias putihnya sanubari
Namun…..
Lukisan sinar pelita itu hanyalah seonggok sampah
Ya.. daur ulang
Ganti label ganti sampul
Kebanggaan semu tiada arti


Potret



SENJA MENJEMPUT MALAM
KUMPULAN CERITA MENDERA
TANPA RASA TANPA SUKA
SUARA MENGGEMA  INDAH
DI TEMPAT SUCI KU BERTEDUH
KU TATAP SEENGGOK NADI BERDZIKIR
TANPA JEDA TANPA REDA
HINGGA FAJAR TERBANGUN DARI TIDURNYA
NAMUN…………….
LIHATLAH  DISEBERANG SANA
SEGUDANG MANUSIA 
BERMAIN-MAIN DENGAN ALAT ELEKTRONIK
BERCANDA RIA , TAK PEDULI
KERETA KENCANA KAN MENGHGAMPIRI
PETIR MENYEMBAR
DUARRR……………
MEREKA TERBANGUN DARI MIMPINYA
DAN BERUCAP
ASTHAGFIRULLAH HALLADZIMM….

Rabu, 04 Januari 2012

Cerpen Ketiga


KHAYALAN KIRANA
By: Kiky Kikok


Aku Kirana umurku bulan depan sudah mencapai angka 19 tahun dan sekarang menempuh jenjang pendidikan di sebuah pergurusn tinggi negeri di Yogyakarta. Semenjak merantau ke luar kota raga ini jarang sekali bertemu dengan orang tua dan saudaraku. Bersua dengan mereka pun tatkala masa liburan kuliah saja. Selain itu intensitas bertemunya sangat jarang. Yah… bagiku itu semua sudah menjadi kehhidupanku sehari-hari.  Toh, sebelumnya sudah susah bertemu dengan keluargaku. Semuanya sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri.
            Hingga bosan dengan semuanya. Jenuh dan tak ada perubahan sampai pertemuanku dengan seseorang yang aku temui ketika tak sengaja jatuh dari motor. Dia menolongku tulus ikhlas. Aku terperana dipandangan pertama. Mataku tak berkedip memandang wajahnya yang tampan seperti brade pit artis Hollywood itu loh.  Kata-kata yang dia ucapkan kepadaku selalu terngiang-ngiang ditelingaku. Kata yang tak akan hilang dfan akan selau terukir dilubuk hati.
“Mbak…. Nggak apa-apa kan?? Ada yang terluka??”
“Oh…. Iya aku nggak apa-apa kok…. Teriakasih ya mas…”
“Sama-sama mbak….”
“Eh.. Mas.. namaku Kirana..  (mencoba memperkenalkan diri)”
“Baiklah mbak, eh Kirana .. namaku Egi ”
“Egi.., nama yang bagus…”
“Makasih mbak.. ups… Kirana, ya sudah aku pergi dulu ya, soalnya aku terburu-buru. ”
“Oh iya mas… eh.. Egi baiklah terimakasih banyak sudah menolongku.”
            Semenjak pertemuan itu, warna hidupku yang tadinya hitam dengan putih kini mulai berwarna. Entah apa yang menjadikannya seperti ini. Apakah ini yang namanya Jatuh cinta?? Hm… whatever.. yang penting aku bisa mewarnai hidupku yang suram ini menjadi cemerlang dengan guratan-guratan warna Cinta. Hari-hariku selalu wangi dan dengan tebaran bunga-bunga di hati. Oh.. indahnya…… namun, keindahan itu mulai sinar dengan dtangnya himbauan dari ibuku yang m,elarang aku untuk memiliki cinta kepada lawan jenis. Sedangkan ayahku mendukung apa yang aku lakukan. Dua pertentangan yang sudah biasa terjadi dalam setiap keluarga. Tapi hal ini membuat aku galau. Bingung bdengan apa yang akan kau pilih. Huft… adakah yang bisa menjawab pertmasalahanku ini???
“Kiki ayo sarapan dulu…”kata mamaku
“Nggak ma.. aku masih kenyang”
“Kenyang bagaimana dari semalam kamu belum makan ”
“Nggak ma… kiki berangkat dulu”
“Huh… tuh anak dibilangin ngeyel banget sih,.. (gerutu mama)”
“Assalamualaikum ma…”
“Waalaikumsalam….”
            Bergegaslah lah aku untuk kemabali kekota perantauanku. Yah,,, liburan seminggu di rumah malah membuatku tambah stress. Percuma saja aku pulang ke rumah. Dirumah aku malah tak dianggap. Lebih baik aku tinggal di kota rantrauanku. Disana aku bisa berbunga-bunga memandang pesona Yogyakarta dan bertemu dengan pujaan hati tentunya. Wow sungguh menyenangkan dan aku bisa menrefresh otakku yang berjubel dengan masalah-masalah yang tidak akan terselesaikan.
# Malioboro
“Aduh…. (pundakku tersenggol dengan seseorang yang lewat disampingku)”
“Maaf.. mbak…… ”
“Sepertinya aku kenal deh sama anda…. Egi bukan???”
“Kirania ya…. (Sambil mengacungkan telunjuknya). Ya benar aku Egi.. (mengulurkan tangan) ”
“Hai.. Egi… gimana kabarnya neh… nggak sengaja bertemu disini”
“Iya… kebetulan banget ya… kamu lagi ngapain disini??”
“Biasa nyari benda buat menghias buku elektroniku…. Kamu sendiri ngapain??”
“Lagi nyari aksesoris motor…. Hehehe.. sudah sembuh kamu ki….”
“Yah lebih baik….. ”
Pertemuan itu semakin menyakinkanku bahwa cinta pandangan pertama itu benar adanya. Aku tak menyangka aku bisa jatuh cinta juga. Aku termasuk cewek yang cuek dengan laki-laki. Hm… entahlah….. ini benar-benar bisa mengisi khayalanku yang selama ini kosong.  Aku senang sekali, dan aku nggak pernah sesenang ini. Mungkin inilah jawaban do’a yang aku pinta kepadaNya.
“Woi…. Kirana…… bangun mau berangkat kuliah nggak??”
“Iya… iya… hoam… (kucek-kucek mata). Eh Wid, kamu tahu nggak aku ketemu makhluk ganteng kayak Brade Pit…”
“Hahahahahaha…… kapan, semalem?? Hahahahaha…. Kamu aja tidur dari sore… bisa-bisanya kamu ketemu cowok…”
“Tapi ini beneran tau…. ”.
“Iya bener di mimpi…, ayo  mandi berangkat kuliah….. hahahaha kamu ini ada-ada saja,,, Ki,,”
“Beneran tau Wid…. Kamu kok di bilangin ngeyel banget sih….”
“Halloo.. Kirana sayangku…. Kamu itu nggak ketemu siapa-siapa….. kamu itu tidur dari sore……”
“Hah….. berarti cuma mimpi dong…… ”
“Iya  Kiki…….. ”

Popular Posts

Recent Posts

Categories

Unordered List

Zawa Clocks Sumber : http://fatholthearseko.blogspot.com/2011/09/pasang-jam-mickey-mouse-di-blog.html#ixzz2HXe2rGXS

Text Widget

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Kaliwungu, Kendal, Indonesia
Pengalaman adalah guru terbaik

Followers


Tag Cloud

MENULIS MERUPAKAN SALAH SATU HOBI YANG TIDAK PERNAH AKU KETAHU. MENULIS PULA TELAH MELATIH DAYA INGATKU.. SO BEGITULAH PERTEMUANKU DENGAN MENULIS
Free Music Online
Free Music Online

free music at divine-music.info